Dalam ilmu ekonomi, konsep keseimbangan pasar merujuk pada kondisi ketika jumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen sama dengan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga tertentu.
Titik temu antara kurva permintaan dan kurva penawaran inilah yang disebut sebagai titik keseimbangan pasar, yang menentukan harga keseimbangan dan kuantitas keseimbangan.
Namun, keseimbangan pasar ini tidak selalu statis dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kebijakan pemerintah melalui instrumen pajak dan subsidi.
Memahami Keseimbangan Pasar
Sebelum membahas pengaruh pajak dan subsidi, penting untuk memahami kembali konsep dasar keseimbangan pasar.
Kurva permintaan menunjukkan hubungan terbalik antara harga dan kuantitas yang diminta: semakin tinggi harga, semakin sedikit kuantitas yang diminta, dan sebaliknya.
Sementara itu, kurva penawaran menunjukkan hubungan positif antara harga dan kuantitas yang ditawarkan: semakin tinggi harga, semakin banyak kuantitas yang ditawarkan, dan sebaliknya.
Keseimbangan pasar tercapai ketika kekuatan permintaan dan penawaran bertemu.
Pada harga keseimbangan, tidak ada kelebihan permintaan (surplus permintaan) maupun kelebihan penawaran (surplus penawaran).
Harga ini menjadi acuan bagi transaksi antara konsumen dan produsen.
Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dikenakan oleh pemerintah kepada individu atau badan usaha.
Dalam konteks pasar, pajak yang dikenakan pada suatu barang atau jasa akan mempengaruhi biaya produksi atau harga jual, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan menggeser kurva penawaran.
Ketika pemerintah mengenakan pajak pada produsen (misalnya, pajak penjualan per unit barang), biaya produksi akan meningkat.
Akibatnya, pada setiap tingkat harga, produsen akan menawarkan kuantitas barang yang lebih sedikit.
Hal ini menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri.
Pergeseran kurva penawaran ke kiri akan menciptakan titik keseimbangan baru.
Pada titik keseimbangan yang baru ini, harga keseimbangan akan menjadi lebih tinggi, dan kuantitas keseimbangan akan menjadi lebih rendah.
Beban pajak ini pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi dan oleh produsen dalam bentuk kuantitas penjualan yang lebih sedikit atau margin keuntungan yang menurun.
Contoh Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Pasar
Mari kita ambil contoh pasar rokok.
Misalkan, sebelum dikenakan pajak, harga keseimbangan rokok adalah Rp20.000 per bungkus dengan kuantitas keseimbangan 10 juta bungkus per bulan.
Kemudian, pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp5.000 per bungkus rokok kepada produsen.
Kenaikan biaya produksi ini akan menggeser kurva penawaran rokok ke kiri.
Pada harga awal Rp20.000, produsen kini hanya bersedia menawarkan lebih sedikit rokok karena sebagian dari pendapatan mereka harus disetorkan sebagai pajak.
Akibatnya, akan terjadi kekurangan penawaran pada harga Rp20.000.
Kekurangan ini akan mendorong harga naik.
Katakanlah, setelah penyesuaian, titik keseimbangan baru tercapai pada harga Rp24.000 per bungkus dengan kuantitas keseimbangan 8 juta bungkus per bulan.
Dalam contoh ini, kita dapat melihat bahwa pajak sebesar Rp5.000 per bungkus telah menyebabkan:
- Kenaikan Harga Keseimbangan: Dari Rp20.000 menjadi Rp24.000 (kenaikan sebesar Rp4.000 ditanggung konsumen).
- Penurunan Kuantitas Keseimbangan: Dari 10 juta bungkus menjadi 8 juta bungkus.
Perlu diperhatikan bahwa besarnya kenaikan harga dan penurunan kuantitas akan dipengaruhi oleh elastisitas permintaan dan penawaran.
Jika permintaan relatif inelastis (konsumen tidak terlalu responsif terhadap perubahan harga), maka sebagian besar beban pajak akan ditanggung oleh konsumen dalam bentuk kenaikan harga yang lebih besar.
Sebaliknya, jika penawaran relatif inelastis, maka produsen akan menanggung sebagian besar beban pajak dalam bentuk penurunan harga jual yang diterima atau penurunan kuantitas yang signifikan.
Pengaruh Subsidi Terhadap Keseimbangan Pasar
Subsidi merupakan bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau konsumen dengan tujuan untuk mendorong produksi atau konsumsi suatu barang atau jasa.
Kebalikan dari pajak, subsidi akan menggeser kurva penawaran ke kanan.
Ketika produsen menerima subsidi, biaya produksi mereka secara efektif akan menurun.
Akibatnya, pada setiap tingkat harga, produsen akan bersedia menawarkan kuantitas barang yang lebih banyak.
Pergeseran kurva penawaran ke kanan akan menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih rendah, dan kuantitas keseimbangan menjadi lebih tinggi.
Sumber:
- Mankiw, N. G. (2021). Principles of Economics (9th ed.). Cengage Learning. (Sumber utama untuk konsep dasar keseimbangan pasar, pajak, dan subsidi)
- CORE Econ. (n.d.). The Economy. https://www.core-econ.org/the-economy/ (Menyediakan penjelasan interaktif tentang pengaruh pajak, seperti yang ditemukan dalam hasil pencarian)
- StudySmarter. (n.d.). Effects of Taxes and Subsidies on Market Structures: Examples. https://www.studysmarter.co.uk/explanations/microeconomics/market-efficiency/taxes-and-subsidies-on-market-structures/ (Menyediakan ringkasan singkat tentang pengaruh pajak dan subsidi terhadap penawaran dan permintaan)
- Principles of Microeconomics by BCcampus. (n.d.). 4.7 Taxes and Subsidies. https://pressbooks.bccampus.ca/uvicecon103/chapter/4-6-taxes/ (Memberikan contoh spesifik tentang bagaimana pajak gas mempengaruhi keseimbangan pasar)
- Khan Academy. (n.d.). Elasticity and tax revenue. https://www.khanacademy.org/economics-finance-domain/microeconomics/elasticity-tutorial/price-elasticity-tutorial/a/elasticity-and-tax-incidence (Menjelaskan bagaimana elastisitas mempengaruhi beban pajak)