Menelusuri Jejak Kepemimpinan di Tanah Totabuan: Daftar Raja-Raja Kerajaan Bolaang Mongondow
Kerajaan Bolaang Mongondow, sebuah entitas historis yang pernah berjaya di semenanjung utara Sulawesi, Indonesia, memiliki akar sejarah yang panjang dan dipimpin oleh serangkaian penguasa. Wilayah yang kini dikenal sebagai Bolaang Mongondow Raya ini menyimpan kisah-kisah para raja yang membentuk peradaban dan tatanan masyarakatnya. Merangkai daftar raja-raja ini memerlukan penelusuran dari berbagai sumber sejarah, yang terkadang menyajikan variasi nama maupun periode kekuasaan.
Awal Mula dan Pembentukan Kerajaan
Menurut catatan sejarah dan tradisi lisan, cikal bakal Kerajaan Bolaang Mongondow dapat ditelusuri dari abad ke-14 atau ke-15. Pembentukan kerajaan ini merupakan hasil konsolidasi dari kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Penguasa-penguasa awal seringkali disebut dengan gelar “Punu”.
Raja-Raja yang Memerintah Kerajaan Bolaang Mongondow
Berikut adalah para penguasa yang tercatat dalam sejarah Kerajaan Bolaang Mongondow, disajikan secara naratif berdasarkan kompilasi dari berbagai sumber. Perlu diingat bahwa variasi dalam urutan, nama, dan tahun pemerintahan mungkin ditemukan di antara catatan sejarah yang ada:
- Mokodoludut, dianggap sebagai pendiri atau raja pertama, diperkirakan memerintah pada abad ke-14 atau ke-15, sekitar tahun 1400-1460 M.
- Yayubangkai (Yayu Bangkai), melanjutkan kepemimpinan sekitar tahun 1460-1480 M.
- Damopolii, memerintah setelah Yayubangkai, sekitar tahun 1480-1510 M.
- Busisi, tercatat sebagai penguasa berikutnya, sekitar tahun 1510-1540 M, meskipun beberapa sumber menyebutkan periode yang lebih awal.
- Makalalo, memerintah pada pertengahan abad ke-16, hingga sekitar tahun 1540 M, dengan beberapa variasi catatan masa pemerintahannya.
- Mokodompit, melanjutkan takhta sekitar tahun 1540-1600 M.
- Mokoagow, memerintah sekitar tahun 1600-1620 M.
- Tadohe (Don Fernando), berkuasa sekitar tahun 1620-1650 M atau, menurut sumber lain, 1606-1644 M.
- Loloda Mokoagow (Datoe Binangkang), memerintah sekitar tahun 1650/1653 hingga 1693/1695 M. Pada masa pemerintahannya, pusat kekuasaan dipindahkan ke Bolaang.
- Jacobus Manoppo, dilantik berdasarkan kontrak dengan VOC dan memerintah sekitar tahun 1695-1731 M.
- Fransiscus Manoppo, juga dilantik berdasarkan kontrak, memerintah sekitar tahun 1731-1735 M.
- Salomon Manoppo, menjalani periode pertama pemerintahannya dari tahun 1735 hingga 1764 M.
- Eugenius Manoppo, dilantik berdasarkan kontrak dan memerintah sekitar tahun 1764-1767 M.
- Christofeel Manoppo, menjabat sebagai Regent berdasarkan kontrak, sekitar tahun 1767-1770 M.
- Markus Manoppo, dilantik berdasarkan kontrak dan memerintah sekitar tahun 1770-1773 M.
- Manuel Manoppo, berkuasa dari tahun 1773 hingga 1779 M.
- Salomon Manoppo, diangkat kembali untuk periode kedua, memerintah dari tahun 1779 hingga sekitar 1780/1786 M.
- Cornelius Manoppo (Shangaji), memerintah antara tahun 1811/1825 hingga 1829 M, dengan beberapa variasi catatan periode.
- Ismail Cornelis Manoppo, berkuasa sekitar tahun 1829-1833 M.
- Jacobus Manuel Manoppo (Sultan), memerintah sekitar tahun 1833 M.
- Adrianus Cornelis Manoppo, berkuasa sekitar tahun 1858-1862 M.
- Yohanes Manuel Manoppo (Oembo), memerintah dari tahun 1862 hingga 1880 M.
- Abraham Sugeha (Datoe Pinonigad), berkuasa dari tahun 1880 hingga 1893 M.
- Riedl Manuel Manoppo, memerintah dari tahun 1893 hingga 1905 M. Pada masa pemerintahannya, ibu kota kerajaan berpindah ke Kotabangon.
- Datu Cornelius Manoppo, tercatat sebagai raja terakhir sebelum integrasi penuh dengan NKRI, memerintah dari tahun 1905/1928 hingga 1947 M. Beberapa sumber menyebutkan Laurens Cornelis Manoppo (1928) sebelumnya.
- Henny Joesoef Cornelis Manoppo, memerintah pada masa transisi penting dari tahun 1947 hingga 1950 M, menjelang bergabungnya kerajaan dengan Republik Indonesia.
Catatan Penting:
- Variasi Sumber: Daftar di atas merupakan kompilasi dan mungkin terdapat perbedaan dengan sumber-sumber tertentu mengenai ejaan nama, gelar, dan tahun pemerintahan. Hal ini umum terjadi dalam penulisan sejarah kerajaan-kerajaan nusantara yang terkadang bertumpu pada tradisi lisan dan catatan kolonial yang tidak selalu konsisten.
- Periode Bolaang-Manado: Beberapa sumber menyebutkan adanya periode “Bolaang-Manado” di mana beberapa penguasa awal juga memiliki pengaruh atau kekuasaan hingga ke wilayah Manado.
- Kerajaan Terkait: Terdapat kerajaan lain di sekitar wilayah Bolaang Mongondow, seperti Kerajaan Bolangitang, yang memiliki kaitan historis dan geografis namun merupakan entitas yang berbeda. Penting untuk tidak mencampurkan daftar raja-raja dari kerajaan-kerajaan ini.
Akhir Pemerintahan dan Warisan
Kerajaan Bolaang Mongondow secara resmi bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 1 Juli 1950, ditandai dengan maklumat raja tentang penggabungan diri dan pengunduran diri raja. Meskipun sistem kerajaan telah berakhir, warisan budaya, adat istiadat, dan nilai-nilai kepemimpinan dari masa Kerajaan Bolaang Mongondow tetap hidup dan menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Bolaang Mongondow Raya hingga saat ini.
Sumber:
- Ningsih, W. L. (2021, November 15). Kerajaan Bolaang Mongondow: Sejarah, Raja-raja, dan Keruntuhan. Kompas.com. Diakses dari kompas.com
- Scribd. (n.d.). Sejarah Kerajaan Bolmong. Diakses dari id.scribd.com
- Universitas STEKOM Semarang. (n.d.). Kerajaan Bolaang Mongondow. Diakses dari p2k.stekom.ac.id
- Wikipedia. (n.d.). Kerajaan Bolaang Mongondow. Diakses dari id.wikipedia.org
Artikel ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai para pemimpin yang pernah berkuasa di Kerajaan Bolaang Mongondow, sekaligus menjadi pengingat akan kekayaan sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia. ***